proses pembuatan |
Indonesia
mempunyai sumber kayu yang sangat melimpah, tak hayal pada zaman dahulu kala
banyak rumah yang dibangun berbahan kayu, salah satu adalah rumah kayu
minahasa. Rumah kayu Minahasa yang dikenal dengan sebutan Wale atau Bale.
konsep panggung |
Ciri
khas yang paling menonjol dari rumah kayu minahasa ini adalah Rumah Panggung
dengan 16 sampai 18 tiang penyangga. Pada zaman dahulu ada rumah tradisional
keluarga besar yang dihuni oleh enam sampai sembilan keluarga. Masing-masing
keluarga merupakan rumah tangga tersendiri dan mempunyai dapur atau mengurus
ekonomi rumah tangga sendiri.
Namun
Kini, jarang dijumpai rumah kayu minahasa dengan adat ini. Secara garis
besar rangakaian rumah kayu minahasa ini terdiri atas emperan (setup), ruang
tamu (leloangan), ruang tengah (pores) dan kamar-kamar. Ruang paling depan
(setup) berfungsi untuk menerima tamu terutama bila diadakan upacara keluarga,
juga tempat makan tamu.
tangga menuju pintu masuk |
Disamping
itu, pada bagian belakang rumah terdapat balai-balai yang berfungsi sebagai
tempat menaruh alat dapur dan alat makan, serta tempat mencuci. Di sisi
atas rumah atau loteng (soldor) yang berguna sebagai tempat menyimpan hasil
panen seperti jagung, padi dan hasil lainnya. Di bagian bawah rumah (kolong)
biasanya digunakan untuk gudang tempat menyimpan papan, balok, kayu, alat
pertanian, gerobak dan hewan peliharaan.
balkon tempat bersantai |
Yang
unik adalah, rumah kayu di warga di Minahasa tidak beratapkan genteng. Karena
folosofi yang dianut adalah tak baik jika hidup di bawah tanah (genteng terbuat
dari tanah). Rata-rata rumah mereka beratapkan seng, daun, atau elemen besi
lainnya. Mereka beranggapan hanya orang meninggal saja yang bertempat tinggal
di bawah tanah. Sekali pun ada yang beratapkan genteng, umumnya rumah tersebut
milik kaum pendatang. Meskipun demikian, banyak juga rumah orang Minahasa yang
beratapkan seng namun didesain seperti genteng.